INTROVERT dan Seluk Beluknya

Introvert itu pemalu?

Introvert itu ngga mau bergaul?

Introvert itu pendiam?

Well, kamu salah besar. Jangan pernah bayangin orang introvert itu orangnya cumen diam di dalam kamar, ngga mau ngapa-ngapain, akun medsosnya semua dikunci, cumen mau bergaul sama beberapa orang aja. You know what? Aku itu introvert (Cek postinganku di INFP My Personality), mau dites sampe 100 kali juga hasilnya tetep INFP. Tapi anehnya waktu di tes Temperamen yang macem Sanguine, Plegmatis, Koleris, dan Melankolis. Aku itu Sanguine.

Nah loh. INFP Introvert tapi Sanguine?

Oke, pertama-tama hal yang perlu aku lurusin masalah Introvert adalah Introvert itu kepribadian yang untuk mengecas (isi ulang) energinya butuh kesendirian. Sumber energi introvert itu dari dalam dirinya sendiri. Jadi ibarat HP dengan baterai, orang introvert itu butuh sendiri tanpa diganggu orang waktu lagi ngecas baterainya. Nah kalau baterainya uda keisi full, kamu uda ngga akan bisa bedain dia itu introvert atau ekstrovert. Orang introvert bisa aja jadi super aktif ketawa sana sini kayak orang ekstrovert. Tapi suatu saat energinya akan habis dan dia butuh sendiri untuk mengecas ulang energinya. Bedanya dengan ekstrovert, kalau ekstrovert itu butuh keramaian untuk mengecas energinya.

Aku pun juga gitu, aku butuh sendirian alias "me time" sendiri tanpa diganggu siapapun untuk ngecas energiku. Terkadang kalau capek di kantor setelah ketemu orang (fyi I'm a salesperson), aku ke toilet hanya untuk duduk2, ngga ngapa2in cumen buat sendiri. Setelah siap atau at least energinya udah keisi aku keluar lagi untuk sosialisasi.

Saat baterai lagi abis, mau diajak keluar atau sosialisasi model apapun juga (walaupun kadang sama suami doang) itu aku ogah-ogahan karena tahu itu bikin capek setengah mati. Tapi waktu baterai uda full, mau ke ujung dunia sekalipun rame-rame juga dijabanin. Jadi Introvert itu menurutku tentang charging energy. Kalau menyangkut dia pendiam, judging, ngomong blak-blakkan, atau malah ada yang ansos juga itu menurutku dikarenakan kategori lainnya (misal: aku INFP yang berarti introvert, intuition, perasa (feeling), dan pengamat (perceiving) jadi aku introvert tapi aku punya intuisi yang baik, ngandalin perasaan, dan suka ngamat-ngamatin orang) atau temperamennya (sanguine, plegmatis, koleris, atau melankolis).

Dan ini adalah mitos2 yang perlu dilurusin tentang introvert:

  1. Orang introvert adalah pemalu dan orang pemalu adalah introvert

    Ini ngga bener!. Ngga semua orang introvert itu pemalu dan sebaliknya. Ini adalah hal yang sering banget disalahartikan oleh orang banyak. Kita sering bingung dan kebalik balik antara istilah "pemalu" dan "introvert" padahal ini adalah dua hal yang sangat berbeda.

    Pemalu adalah perilaku, karakteristik prikologis yang didapat dari proses belajar, atau karena ketakutan, pengaruh rasa ngga nyaman, dan kegugupan di situasi sosial. Sedangkan introvert adalah ciri psikologis bawaan dimana seseorang lebih memilih ketenangan dan stimulasi lingkungan yang minimal seperti yang aku bilang di atas (its about charging energy).

    Di dunia ini kenyataannya ada banyak ekstrovert yang pemalu dan introvert yang percaya diri. Temenku ada yang ekstrovert tapi dia pemalu, jadi dia selalu main ke tempatku hanya untuk ditemenin dan diajak ngobrol buat ngisi energinya dia. Jadi di satu pihak dia keisi energinya tapi di pihak lain energiku berkurang. Hehehe. Yang penting ada orang di sekitarnya aja yang bisa dia ajak ngobrol. Padalah dia itu cukup pemalu, kalau ada apa-apa, aku yang disuruh maju. Jadi ngga mesti introvert itu pemalu ya... ngga semuanya gitu....

  2. Introvert adalah orang-orang ‘ansos’ (Anti Sosial) dan 'angkuh/sombong'

    Siapa sih yang bilang? Kalau aku ansos, ngga mungkin aku jadi salesperson atau punya website sendiri yang kontennya banyak nyangkut tentang pengalamanku. Instagramku juga ngga kelock, semua orang bisa lihat dan baca.
    Kita mungkin dikira sombong karena kita prefer untuk bergaul dengan sedikit orang yang uda kita kenal baik. Well, faktanya adalah itu ngga bener sama sekali. Inget introvert is about charging energy. Semakin banyak orang maka energi yang kita keluarin semakin besar, apalagi kalau untuk orang yang ngga dikenal, itu energi yang kita keluarin cukup besar. Tapi bukan berarti karena ngluarin energi besar jadi kita ngga mau bersosialisasi. Kalau baterainya abis gampang kok tinggal ijin ngilang dulu buat sendirian misal dengerin musik, bengong di toilet, atau jalan-jalan sendiri untuk ngecas energi.
  3. Orang Introvert bukan pemimpin yang baik atau pembicara ulung

    Abraham Lincoln

    Eh jangan salah!. Sebagai informasi nih Bill Gates, Abraham Lincoln, Mahatma Gandhi, dan masih banyak tokoh penting dunia lainnya termasuk sebagai orang introvert. Banyak orang introvert yang menikmati dan bekerja sangat baik saat memimpin orang lain, berbicara di depan umum, dan menjadi pusat perhatian. Jadi aku ngga kaget juga waktu hasil temperamenku Sanguine padahal kepribadianku INFP.

    Menurutku karena banyaknya "me time" bikin si introvert malah lebih fokus waktu mau berbicara di depan umum dan sempet mikirin segala aspek sehingga kelihatannya introvert adalah pembicara dan pemimpin yang oke punya. Dia punya banyak watu sambil ngecas energi untuk berpikir tenang dan dalam.
  4. Orang Introvert lebih cerdas dan kreatif daripada Ekstrovert

    Ini ngarang juga!. Kecerdasan ngga ada hubungannya dengan cara ngisi energi. Banyak pekerja seni maupun ilmuwan dunia misal Albert Einstein, Marcel Proust, dan Charles Darwin, diperkirakan sebagai orang-orang yang introvert. Namun pada kenyataannya, penting untuk dipahami bahwa karakteristik introvert yang dimiliki tidak otomatis membuat si introvert lebih cerdas atau inovatif dari lahir. Untuk mencapai hal tersebut, tetap diperlukan tenaga dan usaha yang gigih.
    Banyak juga orang ekstrovert di luar sana yang sangat cerdas dan kreatif. Emang sih biasanya, ide-ide cemerlang terjadi saat seseorang berada di zona personal dan dalam pola pikir yang lebih reflektif, atau pola pikir layaknya orang-orang introvert. Lagi-lagi karena introvert butuh kesendirian untuk ngecas energinya jadi bisa sambil mikir macem-macem, jadi ide-ide keren bisa muncul gitu aja. Nah kalau orang ekstrovert mau juga spend energynya untuk sendirian dan berpikir. Well, bisa juga loh ide-ide  cemerlangnya si ekstrovert juga keluar.
  5. Introvert Tidak Tahu Bagaimana Bersantai Dan Bersenang-Senang

    Ini juga salah besar. Aku suka bersenang-senang, jalan-jalan, layaknya orang pada umumnya. Kebanyakan Introvert biasanya merasa rileks di rumah atau di alam, bukan di tempat umum yang penuh kesibukan. Introvert bukan pencari sensasi dan pecandu adrenalin. Tapi ngga semua introvert gitu, lagi-lagi tergantung seberapa banyak energinya yang masih ada. Jika ada terlalu banyak pembicaraan dan kebisingan terjadi, si introvert akan melemah. Jadi introvert juga punya cara sendiri buat bersenang-senang.

Nah ini nih, aku penasaran kenapa orang bisa jadi Introvert atau Ekstrovert. Apa ada perbedaan di otaknya?


Berdasarkan hasil baca-baca, salah satu perbedaan utama antara otak introvert dan ekstrovert adalah cara kita menanggapi neurotransmitter dopamine. Dopamin adalah zat kimia yang dikeluarkan di otak yang memberikan motivasi untuk mencari imbalan dari faktor eksternal seperti mendapatkan uang, menaiki tangga sosial, menarik pasangan, atau dipilih untuk proyek yang bagus di tempat kerja. Ketika dopamin membanjiri otak, baik introvert dan ekstrovert menjadi lebih banyak bicara, waspada terhadap lingkungan mereka, dan termotivasi untuk mengambil risiko dan mengeksplorasi lingkungan.




Bukan berarti bahwa introvert memiliki lebih sedikit dopamin di otak mereka daripada  ekstrovert. Bahkan, baik introvert dan ekstrovert memiliki jumlah dopamin yang sama. Perbedaannya adalah dalam aktivitas reward network dopamin. Ini lebih aktif di otak ekstrovert daripada di otak introvert.

Let says, kedua orang (introvert dan ekstrovert) nonton konser, suara dan kerumunan di konser itu hanyalah bagian dari kesenangan untuk orang ekstrovert. Intensitas stimulasi (musik konser+teriakan orang dst) ini bertindak sebagai isyarat bagi mereka bahwa mereka mencapai tujuan mereka (imbalan bersosialisasi dan malam yang menyenangkan). Namun, bagi si introvert, ketika malam semakin larut, keriuhan konser akhirnya menjadi menjengkelkan dan melelahkan bahkan  sampai menghukum saat si introvert  akhirnya menjadi "terlalu terstimulasi oleh konser" / "Overdosis" / atau bahasa simpelnya "baterainya uda abis"



Untuk introvert, asetilkolin adalah neurotransmitter andalannya.

Introvert lebih suka menggunakan neurotransmitter yang berbeda yang disebut asetilkolin, tulis Christine Fonseca dalam bukunya Quiet Kids: Help Your Introverted Child Succeed in an Extroverted World. Seperti dopamin, asetilkolin juga terkait dengan kesenangan; perbedaannya, asetilkolin membuat si introvert merasa baik ketika si introvert berbelok ke dalam, ke arah diri sendiri. Itu memperkuat kemampuan si introvert untuk berpikir secara mendalam, merenung, dan fokus secara intens hanya pada satu hal untuk jangka waktu yang lama. Itu juga membantu menjelaskan mengapa introvert menyukaii lingkungan yang tenang. Ketika si introvert bersantai di rumah dalam kesendirian, hilang dalam buku atau menonton Netflix, si introvert menikmati efek menyenangkan dari asetilkolin.


Bagian lain dari teka-teki introvert-ekstrovert ada hubungannya dengan sistem saraf, tulis Dr. Marti Olsen Laney dalam bukunya The Introvert Advantage: How Thrive in a Extrovert World. Asetilkolin terkait dengan sisi parasimpatik sistem saraf. Ketika kita melibatkan sisi parasimpatis, tubuh kita menghemat energi, dan kita menarik diri dari lingkungan luar. Otot-otot kita menjadi rileks; energi disimpan; makanan dimetabolisme; pupil mata menyempit untuk membatasi cahaya yang masuk; dan detak jantung dan tekanan darah kita menjadi lebih rendah. Pada dasarnya, tubuh kita bersiap untuk hibernasi dan relaksasi— dua hal yang paling disukai oleh si introvert.

Baik introvert dan ekstrovert menggunakan kedua sisi sistem saraf mereka pada waktu yang berbeda, sama seperti mereka menggunakan kedua neurotransmitter (dopamin dan asetilkolin). Ekstrovert cenderung mendukung sisi berlawanan dari sistem saraf yaitu sisi simpatik. Sisi ini memobilisasi si ekstrovert untuk menemukan hal-hal baru dan membuat si ekstrovert aktif, berani, dan ingin tahu. Otak menjadi waspada dan hiper fokus pada sekitarnya. Gula darah dan asam lemak bebas meningkat untuk memberi si ekstrovert lebih banyak energi, dan pencernaan diperlambat. Aktivitas berpikir menjadi berkurang, dan si ekstrovert menjadi siap untuk membuat keputusan cepat. 

Jadi intinya:

Ekstrovert itu lebih cenderung menggunakan dopamin sebagai neurotransmitter dan sisi simpatik dari sistem saraf, sedangkan Introvert lebih cenderung menggunakan Asetilkolin sebagai neurotransmitter dan sisi parasimpatik sistem saraf. 



Source: dari berbagai sumber


Note:

Itu sih kesimpulanku, apa yang aku tangkep. Mungkin kalau ada komentar/koreksi/tambahan lainnya boleh loh sharing-sharing. Maaf ya kalau ada salah2, aku bukan psikolog atau dokter. Hanya melihat hal ini dari kacamata orang awam yang juga seorang introvert... :)








Komentar

Postingan Populer